JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi membekuk jaringan narkoba
yang mendistribusikan obat-obatan terlarang dengan menyembunyikannya di
jok motor. Dari jaringan internasional ini didapat 805.000 butir pil
ekstasi, 2,27 kg sabu dan 280 butir pil Happy Five.
Jaringan narkotika internasional ini terdiri dari delapan orang. Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya dapat mengungkap cara kerja kelompok ini setelah melakukan penyelidikan selama tiga bulan.
"Berdasarkan hasil penyelidikan, kelompok ini terdiri dari delapan orang, namun dua tersangka lain masih dalam proses pengejaran," terang Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Sujarno dalam rilis di Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kamis (4/10/12).
Kelompok ini, terang Sujarno, menggunakan modus yang terbilang baru. Untuk membawa narkotika, mereka melepas busa jok sepeda motor dan menggantinya dengan narkotika milik mereka. Motor yang digunakan pun motor baru dengan surat-surat yang lengkap.
"Seandainya tidak (baru), mungkin modus baru mereka sudah terlacak sejak lama," kata Sujarno.
Menurut Sujarno, jaringan ini mendapat pil ekstasi didapat dari Belanda, sementara sabu didapat dari Iran dan Happy Five dari Malaysia.
"Tersangka ini sendiri dikendalikan oleh sindikat internasional Malaysia," jelas Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji.
Meski telah mengungkap modus kerjanya, namun bagaimana jaringan ini memasuki narkoba ke Indonesia masih terus diselidiki. Polisi yakin jaringan ini tidak menggunakan cara lama untuk masuk Indinesia.
Sementara untuk target pemasaran obat-obat terlarang tersebut, Nugroho menduga kuat targetnya adalah kota-kota besar.
"Saat dikirim, ekstasinya berjumlah 850.000, namun 45.000 di antaranya sudah dipasarkan. Target konsumsi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Bali dan Palembang. Namun konsumsi terbesar ada di Jakarta dan Bandung," jelas Nugroho.
Omset dari barang bukti yang berhasil diamankan diduga mencapai lebih dari Rp 2,5 miliar, bila dikonversi ke dalam rupiah. Dengan adanya pengungkapan kasus ini juga, hampir 1 juta jiwa dapat terselamatkan dari bahaya narkoba.
"Karena itu, kami dari Polda Metro Jaya tidak akan menyerah dalam mengungkap kasus narkotika, baik jaringan lokal, nasional maupun internasional. Terutama pada event-event tertentu yang dicurigai dapat terjadi peningkatan konsumsi narkoba," pungkas Sujarno.
Jaringan narkotika internasional ini terdiri dari delapan orang. Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya dapat mengungkap cara kerja kelompok ini setelah melakukan penyelidikan selama tiga bulan.
"Berdasarkan hasil penyelidikan, kelompok ini terdiri dari delapan orang, namun dua tersangka lain masih dalam proses pengejaran," terang Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Sujarno dalam rilis di Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kamis (4/10/12).
Kelompok ini, terang Sujarno, menggunakan modus yang terbilang baru. Untuk membawa narkotika, mereka melepas busa jok sepeda motor dan menggantinya dengan narkotika milik mereka. Motor yang digunakan pun motor baru dengan surat-surat yang lengkap.
"Seandainya tidak (baru), mungkin modus baru mereka sudah terlacak sejak lama," kata Sujarno.
Menurut Sujarno, jaringan ini mendapat pil ekstasi didapat dari Belanda, sementara sabu didapat dari Iran dan Happy Five dari Malaysia.
"Tersangka ini sendiri dikendalikan oleh sindikat internasional Malaysia," jelas Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji.
Meski telah mengungkap modus kerjanya, namun bagaimana jaringan ini memasuki narkoba ke Indonesia masih terus diselidiki. Polisi yakin jaringan ini tidak menggunakan cara lama untuk masuk Indinesia.
Sementara untuk target pemasaran obat-obat terlarang tersebut, Nugroho menduga kuat targetnya adalah kota-kota besar.
"Saat dikirim, ekstasinya berjumlah 850.000, namun 45.000 di antaranya sudah dipasarkan. Target konsumsi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Bali dan Palembang. Namun konsumsi terbesar ada di Jakarta dan Bandung," jelas Nugroho.
Omset dari barang bukti yang berhasil diamankan diduga mencapai lebih dari Rp 2,5 miliar, bila dikonversi ke dalam rupiah. Dengan adanya pengungkapan kasus ini juga, hampir 1 juta jiwa dapat terselamatkan dari bahaya narkoba.
"Karena itu, kami dari Polda Metro Jaya tidak akan menyerah dalam mengungkap kasus narkotika, baik jaringan lokal, nasional maupun internasional. Terutama pada event-event tertentu yang dicurigai dapat terjadi peningkatan konsumsi narkoba," pungkas Sujarno.
sumber :http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/04/17265617/Jaringan.Narkoba.Jok.Motor.Dibekuk
0 komentar:
Posting Komentar